Begitu banyak budaya bangsa kita yang terlupakan..... saatnya kita generasi muda bangsa ini melindungi dan mempertahankan budaya bangsa kita, bangsa "INDONESIA"

Jumat, 11 November 2011

sejarah lagu lalan belek

Lalan belek adalah lagu tradisional suku rejang yang berarti Lalan Pulang (Balik)lagu ini masing masing daerah di tanah rejang memiliki bermacam-macam syair namun iramanya tetap sama. Ternyata ada kisah dibalik lagu lalan belek.
Oi lalan belek… oi lalan belek, lalan belek Oi lalan belek… oi lalan belek, lalan belek Kemak boloak si depeak, depeak nang au Kemak dawen si lipet duwei, lipet duwei Kunyeu depeloak etun, temegeak nang au Belek asen ite beduei, ite beduei Oi lalan belek… oi lalan belek, lalan belek Oi lalan belek… oi lalan belek, lalan belek Amen ku namen repie epet nang au Coa ku melapen eboak kedulo, eboak kedulo Amen ku namen idup yo peset nang au Coa ku lak tu’un mai dunio, tu’un mai dunio Oi lalan belek… oi lalan belek, lalan belek Oi lalan belek… oi lalan belek, lalan belek Amen ade seludang pinang nang au Jano guno ku upeak igei, ku upeak igei Amen ade bayang betunang nang au Jano guno bemadeak igei, bemadeak igei Oi lalan belek… oi lalan belek, lalan belek Oi lalan belek… oi lalan belek, lalan belek Bilei iyo temanem tebeu nang au Memen sebilei temanem seie, temanem seie Bilei iyo ite betemeu nang au Memn sebilei ite becei, ite becei Oi lalan belek… oi lalan belek, lalan belek Oi lalan belek… oi lalan belek,

Senin, 27 Juni 2011

Putri Serindang Bulan


Tersebutlah dalam kisah, pada zaman dahulu sebelum ada nama Muara Ketahun, ada nama Sungai Serut. Setelah ditinggali oleh Putri Serindang Bulan, selama setahun, maka dinamailah wilayah itu Muara Setahun (sekarang Ketahun).
Konon pada zaman dahulu ada seorang putri raja yang cantik jelita bernama Putri Serindang Bulan. Oleh karena kecantikannya yang tiada taranya, maka banyak orang yang jatuh hati kepadanya. Sudah banyak pemuda yang tertambat hatinya ingin mempersunting Putri Serindang Bulan. Tetapi Putri Serindang Bulan sendiri belum memikirkan untuk hidup berumah tangga. Walaupun pada saat itu, usia Putri Serindang Bulan sudah cukup dewasa untuk hidup berkeluarga.
Sebagai anak bungsu, Putri Serindang Bulan selalu menunjukkan rasa hormatnya kepada keenam kakak kandungnya. Karena keenam kakak kandungnya belum juga menikah, maka Putri Serindang Bulan tidak mau mendahului. Oleh sebab itulah Putri Serindang Bulan belum bersedia menerima pinangan.
Tentu saja sikap Putri Serindang Bulan itu mengecewakan banyak orang, termasuk pula keenam kakaknya. Keenam kakak kandungnya merasa kecewa dan menanggung malu, karena adiknya tidak mau segera menikah. Padahal keenam kakaknya berniat kawin beleket, setelah Putri Serindang Bulan menikah dahulu. Oleh sebab itulah, pada suatu hari dipanggilnya Putri Serindang Bulan oleh keenam kakaknya.
Di sebuah Balai Panjang Istana, duduklah berkumpul tujuh kakak beradik mengadakan rapat keluarga. Dalam rapat tersebut, keenam kakaknya mendesak agar Putri Rindang Bulan segera menikah. Sebagai adik bungsu yang selalu hormat kepada kakak-kakaknya, Putri Serindang Bulan pun tak kuasa menolaknya. Walaupun dalam hati sebenarnya, Putri Serindang Bulan belumlah menemukan jodohnya.

Selasa, 14 Juni 2011

Upacara Adat Pernikahan Suku Rejang (Bengkulu)

Tujuan suatu perkawinan bagi suku Rejang yang dikenal sebagai suku mayoritas di provinsi Bengkulu adalah :

  • Untuk mendapatkan teman hidup dan memperoleh keturunan, yang disebut Mesoa Kuat Temuun Juei, juga untuk memenuhi kebutuhan biologis, hal dimaksudkan agar kaum muda dapat terhindar dari perbuatan tercela, selain dari pada itu untuk memperoleh status sosial ekonomi. Bagi suku Rejang bujang dan gadis belum merupakan orang kaya ( coa ade kayo ne) oleh karena itu mereka harus kawin, setelah kawin mereka akan bekerjasama untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga dan memupuk kekayaan bagi keluarga mereka sendiri.

Ular n'Daung

Dahulu kala, di kaki sebuah gunung di daerah Bengkulu hiduplah seorang wanita tua dengan tiga orang anaknya. Mereka sangat miskin dan hidup hanya dari penjualan hasil kebunnya yang sangat sempit. Pada suatu hari perempuan tua itu sakit keras.Orang pintar di desanya itu meramalkan bahwa wanita itu akan tetap sakit apabila tidak diberikan obat khusus. Obatnya adalah daun-daunan hutan yang dimasak dengan bara gaib dari puncak gunung.
Alangkah sedihnya keluarga tersebut demi mengetahui kenyataan itu. Persoalannya adalah bara dari puncak gunung itu konon dijaga oleh seekor ular gaib. Menurut cerita penduduk desa itu, ular tersebut akan memangsa siapa saja yang mencoba mendekati puncak gunung itu.Diantara ketiga anak perempuan ibu tua itu, hanya si bungsu yang menyanggupi persyaratan tersebut. Dengan perasaan takut ia mendaki gunung kediaman si Ular n'Daung. Benar seperti cerita orang, tempat kediaman ular ini sangatlah menyeramkan. Pohon-pohon sekitar gua itu besar dan berlumut. Daun-daunnya menutupi sinar matahari sehingga tempat tersebut menjadi temaram.

Sabtu, 04 Desember 2010

Malin Kundang


Malin Kundang adalah kaba yang berasal dari provinsi Sumatra Barat, Indonesia. Legenda Malin Kundang berkisah tentang seorang anak yang durhaka pada ibunya dan karena itu dikutuk menjadi batu. Sebentuk batu di pantai Air Manis, Padang, konon merupakan sisa-sisa kapal Malin Kundang.

Malin termasuk anak yang cerdas tetapi sedikit nakal. Ia sering mengejar ayam dan memukulnya dengan sapu. Suatu hari ketika Malin sedang mengejar ayam, ia tersandung batu dan lengan kanannya luka terkena batu. Luka tersebut menjadi berbekas dilengannya dan tidak bisa hilang.

Karena merasa kasihan dengan ibunya yang banting tulang mencari nafkah untuk membesarkan dirinya. Malin memutuskan untuk pergi merantau agar dapat menjadi kaya raya setelah kembali ke kampung halaman kelak.

Awalnya Ibu Malin Kundang kurang setuju, mengingat suaminya juga tidak pernah kembali setelah pergi merantau tetapi Malin tetap bersikeras sehingga akhirnya dia rela melepas Malin pergi merantau dengan menumpang kapal seorang saudagar.Selama berada di kapal, Malin Kundang banyak belajar tentang ilmu pelayaran pada anak buah kapal yang sudah berpengalaman.

SELAMA berabad-abad, rakyat Besemah menjadi “penjaga”

SELAMA berabad-abad, rakyat Besemah menjadi “penjaga” atau pengawal wilayah kesultanan dari ancaman yang berasal dari daerah perbatasan. Sikap ini pula yang menyebabkan Belanda kesulitan menaklukkan Palembang (baca: Sumatera Selatan) pasca-jatuhnya Kesultanan Palembang Darussalam, 1821. Besemah (Pagaralam, Empat Lawang, dan daerah sekitarnya) tercatat sebagai wilayah terakhir yang dikuasai Belanda, yaitu sekitar 1860-an.

Belanda juga mengalami kesulitan untuk menangkap “pemberontak” dari Palembang yang melarikan diri ke Besemah. Hal ini disebabkan sifat Beganti “sifat dan sikap setia kawan” yang dipegang teguh oleh rakyat Besemah. Sebagai catatan, Kesultanan Palembang menempatkan Besemah sebagai Sindang. Dalam perspektif berbeda, rakyat Besemah memandang Palembang dalam hubungan kelawai-muanai atau ikatan persaudaraan lelaki-perempuan. Palembang dalam kaitan dengan Puyang Atung Bungsu merupakan saudara perempuan rakyat Besemah yang mesti dilindungi.

Senin, 30 Agustus 2010

## MENJELAJAHI TANAH REJANG ##

Perjalan untuk mendokumentasikan huruf-hurus kuno rejang (huruf ka ga nga) sebenarnya sudah lama saya lakukan yaitu pada bulan Januari-Febuari 2008. Bersama dengan teman-teman Gekko Studio kami berangkat ke Bengkulu. Dengan menggunakan mobil hiline long sasis yang kami beli di Bali pada bulan desember tahun lalu kami berangkat menuju Bengkulu, Tepatnya Bengkulu Utara kampung halamanku. Kami sengaja membeli mobil sendiri biar puas untuk muter-muter Bengkulu dan kedepannya jikalau ada perjalanan yang areanya masih sekitar jawa dan sumatera kami bisa menggunakan kendaraan sendiri biar lebih hemat. Hemat, belajar dari pengalaman disaat kita membuat sebuah film dokumenter tentang impact perkebunan sawit terhadap anak suku dalam di Jambi. Kami harus merental mobil hiline ini dengan harga 400 ribu perhari. Lumayankan kalo kita sewa selama 10 hari lebih plus BBM-nya.

Di Bengkulu selain membuat film dokumenter tentang keterancaman gajah sumatera yang ada di Bengkulu kami juga menyempatkan diri untuk berangkat ke Kabupaten Lebong dan Curup untuk survey mengenai keberadaan tulisan rejang (huruf ka ga nga) dan sejarahnya. Perjalanan ini juga merupakan perjalanan ritualku karena akan menelusuri sejarah persebarang suku rejang yaitu suku saya sendiri. Selama ini saya yang terlahirkan dari keturuanan asli rejang saya tidak pernah tahu sejarah persebarannya. Norak ngga ya :)