Begitu banyak budaya bangsa kita yang terlupakan..... saatnya kita generasi muda bangsa ini melindungi dan mempertahankan budaya bangsa kita, bangsa "INDONESIA"

Sabtu, 04 Desember 2010

Malin Kundang


Malin Kundang adalah kaba yang berasal dari provinsi Sumatra Barat, Indonesia. Legenda Malin Kundang berkisah tentang seorang anak yang durhaka pada ibunya dan karena itu dikutuk menjadi batu. Sebentuk batu di pantai Air Manis, Padang, konon merupakan sisa-sisa kapal Malin Kundang.

Malin termasuk anak yang cerdas tetapi sedikit nakal. Ia sering mengejar ayam dan memukulnya dengan sapu. Suatu hari ketika Malin sedang mengejar ayam, ia tersandung batu dan lengan kanannya luka terkena batu. Luka tersebut menjadi berbekas dilengannya dan tidak bisa hilang.

Karena merasa kasihan dengan ibunya yang banting tulang mencari nafkah untuk membesarkan dirinya. Malin memutuskan untuk pergi merantau agar dapat menjadi kaya raya setelah kembali ke kampung halaman kelak.

Awalnya Ibu Malin Kundang kurang setuju, mengingat suaminya juga tidak pernah kembali setelah pergi merantau tetapi Malin tetap bersikeras sehingga akhirnya dia rela melepas Malin pergi merantau dengan menumpang kapal seorang saudagar.Selama berada di kapal, Malin Kundang banyak belajar tentang ilmu pelayaran pada anak buah kapal yang sudah berpengalaman.

SELAMA berabad-abad, rakyat Besemah menjadi “penjaga”

SELAMA berabad-abad, rakyat Besemah menjadi “penjaga” atau pengawal wilayah kesultanan dari ancaman yang berasal dari daerah perbatasan. Sikap ini pula yang menyebabkan Belanda kesulitan menaklukkan Palembang (baca: Sumatera Selatan) pasca-jatuhnya Kesultanan Palembang Darussalam, 1821. Besemah (Pagaralam, Empat Lawang, dan daerah sekitarnya) tercatat sebagai wilayah terakhir yang dikuasai Belanda, yaitu sekitar 1860-an.

Belanda juga mengalami kesulitan untuk menangkap “pemberontak” dari Palembang yang melarikan diri ke Besemah. Hal ini disebabkan sifat Beganti “sifat dan sikap setia kawan” yang dipegang teguh oleh rakyat Besemah. Sebagai catatan, Kesultanan Palembang menempatkan Besemah sebagai Sindang. Dalam perspektif berbeda, rakyat Besemah memandang Palembang dalam hubungan kelawai-muanai atau ikatan persaudaraan lelaki-perempuan. Palembang dalam kaitan dengan Puyang Atung Bungsu merupakan saudara perempuan rakyat Besemah yang mesti dilindungi.