Begitu banyak budaya bangsa kita yang terlupakan..... saatnya kita generasi muda bangsa ini melindungi dan mempertahankan budaya bangsa kita, bangsa "INDONESIA"

Senin, 30 Agustus 2010

## MENJELAJAHI TANAH REJANG ##

Perjalan untuk mendokumentasikan huruf-hurus kuno rejang (huruf ka ga nga) sebenarnya sudah lama saya lakukan yaitu pada bulan Januari-Febuari 2008. Bersama dengan teman-teman Gekko Studio kami berangkat ke Bengkulu. Dengan menggunakan mobil hiline long sasis yang kami beli di Bali pada bulan desember tahun lalu kami berangkat menuju Bengkulu, Tepatnya Bengkulu Utara kampung halamanku. Kami sengaja membeli mobil sendiri biar puas untuk muter-muter Bengkulu dan kedepannya jikalau ada perjalanan yang areanya masih sekitar jawa dan sumatera kami bisa menggunakan kendaraan sendiri biar lebih hemat. Hemat, belajar dari pengalaman disaat kita membuat sebuah film dokumenter tentang impact perkebunan sawit terhadap anak suku dalam di Jambi. Kami harus merental mobil hiline ini dengan harga 400 ribu perhari. Lumayankan kalo kita sewa selama 10 hari lebih plus BBM-nya.

Di Bengkulu selain membuat film dokumenter tentang keterancaman gajah sumatera yang ada di Bengkulu kami juga menyempatkan diri untuk berangkat ke Kabupaten Lebong dan Curup untuk survey mengenai keberadaan tulisan rejang (huruf ka ga nga) dan sejarahnya. Perjalanan ini juga merupakan perjalanan ritualku karena akan menelusuri sejarah persebarang suku rejang yaitu suku saya sendiri. Selama ini saya yang terlahirkan dari keturuanan asli rejang saya tidak pernah tahu sejarah persebarannya. Norak ngga ya :)

Asal Mula Nama Desa Du Atei - Desa Rindu Hati Taba Penanjung, Tanah Rejang, Bengkulu Tengah

Konon katanya di Desa Rindu Hati ini adalah keturunan para raja dari Raja Sungai Serut. Awal dari semua ini karena Putri Dayang Perindu melarikan diri dari Muara Bengkulu ke Hulu Sungai (yang berada di Desa Rindu Hati saat ini). Sang Putri melarikan diri karena tidak mau dijodohkan dengan para raja yang berasal dari Aceh. Setelah melarikan diri, sang kakak dan beberapa orang kerajaan menyusul keberadaan putri ke hulu sungai. Sebelum menyusul sang putri, sang putri sempat memberikan pesan yaitu “jika ingin menyusulnya, bawalah satu ekor ayam dan satu ekor burung terkukur. Jika ayam dan burung tersebut berbunyi, berhentilah disitu dan buatlah desa. Saya akan tinggal disitu”. Ayam dan burung tersebut berbunyi ketika mereka sampai dilokasi Desa Rindu Hati sekarang. Disitulah mereka membuat desa. Dan Itulah awal mula Desa Rindu Hati.

Alur kisah asal mula desa du atei (baca duwatei = rindu hati) ini juga cocok dengan kisah yang di tulis pada litelatur- litelatur lama yang mencatat tambo dan sejarah Bangkahoeloe. Selain itu masih banyak dijumpai penduduk asli dengan nama depan Sutan.





Di desa ini kita bisa menikmati jernihnya air sungai yang mengalir dengan tenang. Seakan air ini sangat senang berada di desa tersebut. Pagi yang cerah saat itu. Suara burung yang ribut membuat suasana pagi ini serasa lengkap. Masyarakat desa sudah mulai satu persatu berangkat ke ladang dan ke sawah yang berada tak jauh dari desa. Menyebrangi sungai yang ada dibelakang desa. Berjalan kaki tanpa alas kaki mengikuti jalan setapak yang berada disepanjang sungai. Terlihat sekali mereka hidup sangat harmonis dengan air sungai yang ada disana.

Di Desa Rindu Hati yang mayoritas penduduknya adalah Suku Rejang ini terdapat 6 anak sungai dan mungkin puluhan atau ratusan mata air. Anak-anak sungai yang ada ini akhir menyatu ke sungai besar yang ada di hulu kampung, yaitu Sungai Bengkulu.

Berada didesa Rindu Hati memang sangat menyenangkan. Selain suasana kampung yang masih asli juga terdapat sawah yang menghijau dengan dilatar belakangi oleh bukit-bukit. Desa ini memang berada di lembah didataran tinggi Bengkulu.

Namun kini, desa yang sangat indah dan khas sekali nuansa alaminya itu berubah. Desa ini mengalami ancaman kerusakan lingkungan. Pembabatan hutan sekitar, pembangunan rumah rumah batu permanen oleh penduduk yang sedang marak, tanpa memikirkan tata letak lingkungan,pengrusakan DAS (daerah aliran sungai) dengan alasan kemajuan dan modernnya zaman benar benar satu alasan yang gak bisa di terima. Dan kini penduduk mulai menuai dampak kerusakan lingkungannya. Desa yang dahulunya tak pernah banjir, kini kerab kali menerima banjir kiriman saat musim hujan tiba.

Kerinduan anak rantau saat pulang ke desa ini hanya bisa menyesali, karena gak tahu siapa yang bertanggung jawab mengatur semua ini di desa. Apakah pemda setempat berperan atau merestui pengrusakan lingkungan perlahan lahan di hulu sungai ini?

Kini sejak terbentuknya kabupaten baru yaitu Bengkulu Tengah, mau tak mau desa rindu hati masuk ke wilayah kapubaten baru ini lepas dari kabupaten semula yaitu Bengkulu Utara. Apakah nasib desa Rindu Hati yang sarat dengan makna sejarah Kerajaan sungai serut di masa lalu di biarkan hilang begitu saja? Apalagi di desa ini ada Situs Makam yang di keramatkan oleh masyarakat setempat yang kemungkinan besar berhubungan dengan Kerajaan Sungai Serut di masa lalu.

Sementara pejabat kabupaten Bengkulu Tengah masih carut marut berebut kekuasaan. Dan kini nasib Tanah Rejang semakin mengenaskan !

<<< Bambu Gading >>>

Ada sebuah cerita Beteri dan Nenek. Suatu hari Nenek mengajak Beteri pergi ke pulau untuk menggali ubi. Sesampai di pulau. Beteri itu didudukkan oleh neneknya di atas batu besar, lain nenek berpesan, "Beteri, engkau jangan pergi ke mana-mana. Duduklah di sini, nenek akan menggali ubi untuk makanan kita hari ini!" Tak lama mulailah Sang Nenek menggali ubi. Tanpa diketahui oleh neneknya batu besar tempat Beteri duduk itu bergerak, bergeser. Beteri memanggil neneknya sambil bernyanyi. "Nek. nenek menggali ubi, ubi digali dimakan ayam." Jawab nenek. "Cucuku. tunggu saja. nenek tidak lama." Tak lama kemudian batu itu bergeser lagi. Beteri memanggil neneknya lagi, "Nek, nenek menggali ubi, ubi dimakan ayam." Dijawab lagi oleh Neneknya, "Tunggu dulu cucuku, tidak lama lagi." Setelah itu batu tadi bergeser lagi mendekati air. Beteri mengulangi lagi sambil memekik memanggil neneknya, "Nek, nenek menggali ubi, ubi dimakan ayam." Sudah beberapa kali Beteri memanggil neneknya. jawabannya sama seperti tadi. Akhirnya sampailah batu besar tadi ke air.

Sesampai di air, rupanya batu besar tadi adalah seekor naga yang besar sekali. Dibawalah Beteri itu ke pulau seberang yang bernama Pulau Naga. Sementara itu nenek Beteri tadi sudah selesai menggali ubi. tetapi betapa kecewanya ketika dilihatnya Beteri tidak ada lagi, sudah hilang. Demikian pula batu tempat Bateri duduk pun sudah hilang. Nenek Bateri mencari cucunya sambil meratap sedih,
"Beteri. Beteri. cucuku sayang ke mana saja engkau?" Berulang-ulang Neneknya mencari. tetapi tidak bertemu. Setelah lama mencari. tetapi tidak bertemu. Setelah lama mencari- tetapi tidak bertemu juga. Neneknya panik dan terjatuh tertusuk kayu akhirnya meninggal dunia.
Beteri- setelah sampai di Pulau Naga. tidak dibunuh oleh naga yang besar itu, tetapi dipelihara karena ia itu ingin makan hati Beteri. Akan tetapi- hati Beteri masih terlalu kecil sehingga ia dipelihara saja dahulu oleh Naga itu.