Sebuah desa, dulu di kecamatan Kaur Tengah, Kabupaten Bengkulu Selatan. Desa ini secara administratif bernama Desa Sukarami. Di sini terkenal sebagai dusun Air Langkap. Membacanya begini: Aya' Langkap. Tanda baca ( ' ) sebagai pengganti huruf R dalam bahasa Indonesia. Membacanya seperti membaca huruf 'ain dalam bahasa Arab, yakni huruf ke 18 dalam susunan huruf Hijaiyah. Penduduk setempat tidak bisa menyebut huruf R seperti orang batak menyebutnya.
Dusun Air Langkap dekat dengan laut. Di pinggir laut ini ada bagian air laut yang menjorok ke daratan seperti teluk. Nah, daerah pinggir pantai yang banyak pohon kelapanya ini, air laut yang menjorok seperti teluk tersebut memiliki panjang sekitar 100-an meter dan lebar yang cukup membuatnya tampak seperti sungai. Kalau airnya sedang penuh, kedalamannya sekitar sepinggang orang dewasa. Airnya asin, karena memang ia bagian dari laut. Kalau air laut sedang pasang naik, maka ia terlihat sekali menyatu dengan laut lepas, sebab karang-karang tajam di pinggir pantai sudah tidak tampak lagi.
Sepintas orang melihatnya seperti muara, yakni pertemuan aliran sungai dengan laut. Di dalamnya banyak terdapat ikan-ikan yang ukurannya tidak begitu besar, rata-rata seukuran jempol orang dewasa. Ada ikan Pelung yang warnya hitam dan kulitnya agak licin. Ada pula ikan Se'eni yang warnanya bening agak keabu-abuan. Ikan-ikan itu enak dimakan. Kalau malas memancing agak ke tengah laut karena karang-karang tajam atau laut yang sedang tinggi gelombangnya, orang-orang atau kebanyakan adalah anak-anak, akan memancing di situ. Mendapatkan ikan Pelung dan Ikan Se'eni beberapa genggam sudah cukup untuk lauk teman nasi untuk dimakan.
Pada zaman dulu, di air inilah seorang penduduk menemukan mayat yang telangkap atau telungkup, posisi badan menghadap ke bumi. Mayat itu mengapung di sana. Mungkin karena sebelumnya belum pernah terjadi, akhirnya tempat tersebut jadi terkenal. Akhirnya daerah ini disebut dusun Aya' Langkap. Maksudnya air di mana pernah ditemukan mayat mengapung di atasnya dalam posisi telangkap atau telungkup. Jadilah dusun ini terkenal dengan sebutan Aya' Langkap.
Penduduk setempat menyebut Air dengan Aya'. Sungai disebut Aya' Besak atau air besar. Air sumur disebut Aya' Sumu'.
Saya lahir di sini, di Aya' Langkap. Namun di surat keterangan kelahiran saya disebut desa Sukarami. Masa kanak-kanak hingga remaja saya habiskan di Kota Bengkulu, ibukota propinsi. Selama 7 tahun hidup di Yogyakarta, sudah hampir 3 tahun terakhir hidup di Jakarta, saya masih tetap merindukan desa tempat saya memulai kehidupan dunia pertama kali: Aya' Langkap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar