Begitu banyak budaya bangsa kita yang terlupakan..... saatnya kita generasi muda bangsa ini melindungi dan mempertahankan budaya bangsa kita, bangsa "INDONESIA"

Senin, 15 Februari 2010

beralih dari karburator ke injeksi

Atas nama keselamatan lingkungan (global warming) dan krisis energi, tinggalkan motor karburator. Saatnya beralih ke motor berteknologi injeksi. Seruan ini tentu bukan tanpa alasan. Dan saya yakin, Anda pun sepakat bahwa pemasok bensin model kuno ini (karbu) terbukti menyumbang racun lebih banyak serta boros pemakaian bensin.

Kinerja karburator yang serba mekanis tentunya sulit menandingi kemampuan teknologi injeksi. Baik dari sisi kandungan racun gas buang serta efisiensi pemakaian bahan bakarnya. Klaim pabrikan Honda menyebutkan Supra X125 PGM-Fi lebih irit 6% dibanding Supra X125 (karburator) dan 36% dibanding bebek 100 cc. Hebohnya lagi, kandungan CO dan HC separuh dari motor karburator yang telah lulus Euro 2. Hhmmm….. artinya motor injeksi sebanding dengan Euro 4.

Market share penjualan motor di Indonesia terbilang fantastis. Bayangkan, dalam setahun terjual 5,2 juta unit (2007) dan tahun ini diprediksi naik menjadi 6 juta unit. Melihat angka ini, orang awam pun bisa memaknai bahwa jumlah motor di negeri ini menyumbangkan racun serta butuh asupan bensin yang banyak. Nah, jangan-jangan beban subsidi BBM justru banyak dihabiskan para bikers ya.
Sebab dari data tadi, angka penjualan motor injeksi masih sangat kecil. Menurut Johannes Loman (direktur marketing PT Astra Honda Motor), penjualan Supra X125 PGM-Fi hanya berkisar 5-6 ribu unit per bulan. Kecilnya angka penjualan motor injeksi bisa disebabkan harganya yang masih relatif tinggi serta adanya ketakutan kalau injeksi susah perawatan. Padahal, alasan yang terakhir tadi justru sebaliknya. Motor injeksi bisa dibilang bebas perawatan berkala.
Terkadang saya berkhayal seandainya motor yang beredar di Indonesia semua injeksi. Mungkin beban pemerintah terhadap subsidi BBM tidak sebesar sekarang. Dan kesehatan udara di bumi pertiwi inipun makin nyaman dihirup dalam-dalam.
Mari berhitung, seandainya total penjualan motor lima tahun terakhir mencapai 20 juta unit. Dan seandainya semua sudah mengadopsi system injeksi maka racun udara akibat gas buang motor bisa ditekan 50 persen. Asumsinya motor injeksi emisinya dua kalilipat lebih bersih dibanding karburator.
Sedangkan secara perhitungan ekonomis, diasumsikan tiap motor butuh 1 liter bensin per hari. Jadi total Premium yang dibutuhkan dalam setahun adalah (5.000.000×365=1.825.000.000 liter). Seandainya semua motor injeksi (misal pakai Supra PGM-Fi) maka akan lebih hemat 6% yaitu 109.500.000 liter. Jika diuangkan (1 liter Premiun Rp 6000) menjadi Rp 657 milyar. Woow… penghematan yang luar biasa.
Jika pemerintah smart thinking dan berpikir makro, tak ada pilihan lain kecuali mengeluarkan kebijakan wajib motor injeksi. Jika perlu gelontor dengan kebijakan insentif fiskal kepada pabrikan pembuat motor injeksi. Alhasil, banderol motor injeksi bisa ditekan lebih murah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar