Begitu banyak budaya bangsa kita yang terlupakan..... saatnya kita generasi muda bangsa ini melindungi dan mempertahankan budaya bangsa kita, bangsa "INDONESIA"

Senin, 30 Agustus 2010

<<< Bambu Gading >>>

Ada sebuah cerita Beteri dan Nenek. Suatu hari Nenek mengajak Beteri pergi ke pulau untuk menggali ubi. Sesampai di pulau. Beteri itu didudukkan oleh neneknya di atas batu besar, lain nenek berpesan, "Beteri, engkau jangan pergi ke mana-mana. Duduklah di sini, nenek akan menggali ubi untuk makanan kita hari ini!" Tak lama mulailah Sang Nenek menggali ubi. Tanpa diketahui oleh neneknya batu besar tempat Beteri duduk itu bergerak, bergeser. Beteri memanggil neneknya sambil bernyanyi. "Nek. nenek menggali ubi, ubi digali dimakan ayam." Jawab nenek. "Cucuku. tunggu saja. nenek tidak lama." Tak lama kemudian batu itu bergeser lagi. Beteri memanggil neneknya lagi, "Nek, nenek menggali ubi, ubi dimakan ayam." Dijawab lagi oleh Neneknya, "Tunggu dulu cucuku, tidak lama lagi." Setelah itu batu tadi bergeser lagi mendekati air. Beteri mengulangi lagi sambil memekik memanggil neneknya, "Nek, nenek menggali ubi, ubi dimakan ayam." Sudah beberapa kali Beteri memanggil neneknya. jawabannya sama seperti tadi. Akhirnya sampailah batu besar tadi ke air.

Sesampai di air, rupanya batu besar tadi adalah seekor naga yang besar sekali. Dibawalah Beteri itu ke pulau seberang yang bernama Pulau Naga. Sementara itu nenek Beteri tadi sudah selesai menggali ubi. tetapi betapa kecewanya ketika dilihatnya Beteri tidak ada lagi, sudah hilang. Demikian pula batu tempat Bateri duduk pun sudah hilang. Nenek Bateri mencari cucunya sambil meratap sedih,
"Beteri. Beteri. cucuku sayang ke mana saja engkau?" Berulang-ulang Neneknya mencari. tetapi tidak bertemu. Setelah lama mencari. tetapi tidak bertemu. Setelah lama mencari- tetapi tidak bertemu juga. Neneknya panik dan terjatuh tertusuk kayu akhirnya meninggal dunia.
Beteri- setelah sampai di Pulau Naga. tidak dibunuh oleh naga yang besar itu, tetapi dipelihara karena ia itu ingin makan hati Beteri. Akan tetapi- hati Beteri masih terlalu kecil sehingga ia dipelihara saja dahulu oleh Naga itu.

Setiap Naga itu hendak pergi berburu, Bateri menangis saja. Lain Naga bertanya, "Cucuku, mengapa engkau menangis'?" Beteri menjawab, "Telingaku sakit." Karena melihat Beteri menangis. lalu sang Naga memberikan anting-anting emas. Sesudah itu Sang Naga berangkat berburu.
Setelah petang. Naga pulang membawa rusa, hasil perolehan dari berburu. Lain rusa itu diberikannya kepada Beteri untuk dimasak dan dimakan bersama-sama. Sehabis makan, Sang Naga bertanya dengan Beteri, "Sudah sebesar apakah hatimu, Beteri?" Dijawab Beteri, "Baru sebesar ujung lidi." Setiap menjawab pertanyaan Sang Naga, Beteri berbohong saja karena dia sudah tahu bahwa naga itu ingin makan hatinva.
Selanjutnya Beteri mencari akal bagaimana agar ia dapat keluar dari Pulau Naga ini. Kebetulan di seberang pulau ada rebung bambu kuning. Setiap Naga itu pergi berburu, Beteri berpantun dengan rebung itu, "Panjang-panjanglah bambu gading, antarkan saya ke seberang!" Mendengar pantun Beteri, bambu gading itu memanjang sedikit_ Setiap kali Beteri habis berpantun bambu gading tadi memanjang lagi. Akhirnya, panjangnya sampai ke seberang, tempat Beteri tinggal. Seperti biasanya, setiap petang Naga pulang membawa rusa hasil perolehannya berburu. Lalu disuruhnya Beteri memasak rusa itu. Kemudian mereka makan bersama-sama. Sesudah makan. Naga bertanya kepada Beteri, "Beteri, sudah sebesar apakah hati engkau hari ini?" Beteri menjawab- "Baru sebesar biji sawi." "Aduh- masih kecil sekali." kata Naga. Sebelum Naga
berangkat. seperti biasanya, Beteri menagis. katanya. "Jari gatal, tangan gatal. leher gatal." Untuk membujuk Beteri yang sedang menangis diberikanlah cincin, gelang. dan kalung. Sesudah itu Sang Naga berangkat berburu. Ketika hari petang Sang Naga pulang membawa hasil perolehannya berburu. Disuruhnya Beteri memasak hasil buruannya. Kemudian mereka makan bersama-sama. Selesai makan, Sang Naga bertanya lagi dengan Beteri. Katanya, "Sudah sebesar apakah hatimu sekarang ini?" Beteri menjawab, "Sudah sebesar asahan." "Wah, besar sekali." kata Naga. Besok paginya Naga berpura-pura akan pergi berburu, padahal di berencana akan menyembelih Beteri. Ketika Sang Naga pergi menemui teman-temanya. Beteri berkemas untuk meninggalkan Pulau Naga. Sebelum meninggalkan rumah Naga, Beteri menyiramkan air sirih ke dalam rumah supaya Sang Naga berprasangka bahwa Beteri sudah disembelih oleh Naga lainnya. Setelah itu Beteri pergi naik bambu gading meninggalkan Pulau Naga. Sesampai di seberang, bambu gading tadi dipotong oleh Bateri supaya tidak diketahui oleh Naga. Sementara itu, Sang Naga dan teman-temannya pulang. Alangkah terkejutnya Sang Naga dan teman-temannya ketika tiba di rumah. Beteri sudah tidak ada lagi, dan rumah berhamburan dengan darah. Sang Naga berkata dengan teman temannya itu, "Kita sudah didahului oleh yang lain, lihat darah berhamburan." Melihat darah berhamburan tadi, teman teman Sang Naga pergi sambil marah-marah karena mereka merasa ditipu oleh Sang Naga.
Sesampai di seberang, ketika Beteri hendak pulang ke rumahnya. di tengah jalan menuju ke dusun dia bertemu dengan kerbau. Lalu kerbau berteriak menyampaikan berita ibu dan bapak Beteri. Kata kerbau, "Wak, .wak Beteri sudah pulang." lbu dan bapak Beteri selama ini tidak mau beranjak dari tempat tidurnya karena memikirkan Beteri. Lain keluar mendengar berita yang dibawa oleh kerbau. Kemudian ibu Beteri berkata. "Sudahlah kerbau jangan pembohong, Beteri tidak akan kembali, dia sudah meninggal."
Di perjalanan ketika akan pulang. Beteri bertemu dengan ayam. Ayam berkokok menyampaikan berita dengan bapak dan ibu Beteri. Hanya tanggapan bapak dan ibu Beteri sama seperti menanggapi kabar yang dibawa oleh kerbau tadi'.
Tak lama Beteri sampai di rumah, dilihatnya ibu dan bapaknya telah kurus sekali, badannya tidak terawat. Sampai sampai tikar tempat tidur ditumbuhi rumput tak dirasakannya lagi karena memikirkan Beteri. Bapak ibunya kemudian terjaga melihat Beteri benar-benar pulang. Mereka bertangisan, sangat terharu dan gembira karena bertemu kembali dengan anaknya yang disangkanya mati, mereka dimandikan oleh Beteri. Setelah mandi, badannya segar dan sehat kembali karena anaknya sudah pulang, dan sudah menjadi seorang gadis yang cantik, berpakaian bagus, dan memiliki banyak perhisan emas.
***

Sumber : Subadiono dkk. 1998. "Struktur Sastra Lisan Lematang".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar